Selasa, 27 September 2016

Review Jurnal: Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu

Oleh: Bayu Adhi Pratama

A. Judul Penelitian:

Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu Di Kota Denpasar (Studi Kasus Pada CV Aditya)

B. Nama Penulis:

I Wayan Sutarman, Program Studi Teknik Industri Universitas Mahendradata, Denpasar, Indonesia,  Email: studioa7wsarchitect@gmail.com 

C. Nama Jurnal:

Jurnal PASTI Volume 10, No 1 (2016), 15 – 22 Dalam link http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/pasti/article/view/668

D. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan hutan telah dijelaskan dalam UU no 41 tahun 1999, tentang kehutanan, dimana kegiatan exploitasi hutan sudah menjadi larangan dunia international. Lebih alnjut dijelaskan dalam Undang-undang ini pemanfaatan hutan yang boleh dilakukan hanyalah hutan industri, yang peraturannya telah diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.  Perusahan industri kayu akan kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Untuk itu Perusahan pengolahan industri kayu, tidak hanya  mengejar produk atau sibuk mengirim kayu olahan dari bahan utuh, ketimbang dari bahan limbah kayu. Limbah kayu yang dimaksudkan adalah sisa potongan kecil-kecil baik sisa potongan atau sisa belahan kayu. Kementerian Lingkungan Hidup atau Kantor Gubernur, atau juga kantor Kabupaten dan Kodya setempat nampaknya belum mengeluarkan petunjuk jelas tentang bagaimana memanfaatkan limbah kayu potongan. Di lain sisi pabrik-pabrik kayu belum juga memikirkan secara serius bagaimana menangani limbah potongan kayu yang makin melimpah jumlahnya, lebih-lebih industri pengolahan kayu berskala kecil. Cv Aditya sebagai salah satu pengolahan industri kayu kecil di Denpasar, yang mengalami kendala dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Hubeis (2001) kendala yang dihadapi adalah lemahnya kewirausahaan dan manajerial keterbatasan keuangan, ketidak mampuan aspek pasar, keterbatasan produksi dan teknologi, ketidak mampuan informasi, tidak didukung kebiajakan dan regulasi yang memadai dan kurang dukungan lembaga keuangan. Dengan semakin bertambah jumlah limbah kayu, ketatnya penebangan hutan sebagai apresiasi terhadap global warning, meningkatnya kebutuhan manusia akan produk baru. Maka pemanfaatan/ pengolahan kayu limbah sangat potensial dilakukan dan memiliki niali seni dan jual yang tinggi, serta dapat dijadikan komoditi export. 

E. Masalah

Perusahaan Cv Aditya mengalami kendala dalam menjalankan aktivitasnya sebagai salah satu pengolahan industri kayu kecil di Denpasar. Kendala yang dihadapi adalah  lemahnya kewirausahaan dan manajerial keterbatasan keuangan, ketidak mampuan aspek pasar, keterbatasan produksi dan teknologi, ketidakmampuan informasi, tidak didukung kebiajakan dan regulasi yang memadai serta kurang dukungan lembaga keuangan. Sehingga Perusahaan tersebut kurang memanfaatkan secara maksimal dalam pemanfaatan kayu hasil limbah industri  untuk digunakan menjadi suatu barang yang berguna akan kebutuhan manusia.


F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibuat agar limbah hasil pengolahan industi kayu di Cv Aditya dapat diolah menjadi suatu barang yang brguna akan kebutuhan manusia berupa furniture dan art work (sebagai hiasan interior ruangan, baik hotel, villa, ataupun rumah tinggal). Furniture dapat berupa: meja, kursi, meja makan, almari, bahan lantai, dan bahan dinding, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.

G. Metode

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan di kawasan penjualan kerajinan pemanfaatan limbah di Jl. Mertanadi Kuta, Bali. Selain itu, wawancara dilakukan kepada owner untuk melakukan investigasi dan informasi lebih lanjut mengenai pengolahan limbah kayu. 

H. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan di kawasan penjualan kerajinan pemanfaatan kayu limbah, yang memiliki nilai seni tinggi, ada di kawasan jalan Mertanadi Kuta. Dari hasil wawancara dengan pemilik pastion for design (Bapak Helmi) dapat diketahui bahwa limbah kayu dapat dimanfaatkan untuk membuat beragam furniture yang menarik dan bernilai jual tinggi. Pemanfaatan sisa limbah kayu bisa berupa meja, kursi, lemari, dan bermacam art work. Selain furniture seperti kursi, meja dan lemari limbah kayu tersebut juga dapat buat sebagai hiasan lampu. Dengan design yang baik, limbah tersebut dapat menghasilkan karya seni yang bernilai jual. Limbah kayu tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai dinding kayu sebagai aksen dalam dekorasi ruangan. Ditambahkan pula Penggunaan material kayu limbah sebagai alternatif material ramah lingkungan pada produk-produk desainnya serta mendukung program anti pemanasan global. Kreativitas yang dilakukan antara lain Penggabungan dengan material lain seperti: resin, kuningan, alumunium, kaca, resin, kuningan, alumunium, kaca, stainlisteell, atau semacam metal- metal yang lain.  Nilai seni dari kayu sangat tinggi, dengan design yang baik akan dapat dihasilkan sebuah produk yang unik dan menarik untuk konsumen. Salah satu design yang telah dilakukan adalah pembuatan tangga yang sangat unik. Hal ini dapat dijadikan peluang besar bisnis dari limbah kayu.

I. Review/ Komentar

Dengan semakin menipisnya persediaan kayu perlu dilakukan penyuluhan kepada pemilik industri kayu akan manfaat limbah kayu berupa sisa potongan memendek dan menajang hasil olahan. Untuk dapat menjadikannya sebagai bentuk yang mempunyai nilai seni tinggi dibutuhkan kreatifitas dalam pengolahan hasil limbahnya. Hasil dari olahan limbah kayu dapat berupa, furniture terdiri atas : meja makan, almari, dan sofa/ kursi, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.  Selain mengurangi pencemaran dari limbah, hal ini juga dapat berfungsi untuk menaikkan nilai pakai dan nilai ekonomi suatu benda, sehingga jika cara pengolahan limbah potongan kayu ini dapat diberdayakan di masyarakat, dapat juga menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan lahan pekerjaan baru dari pengolahan limbah pabrik. 

J. Abstrak Jurnal

Kayu limbah di perusahan industri perkayuan di Indonesia, saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya sebagai kayu bakar. Hal ini terjadi karena kurangnya kreativitas masyarakat. Masalah ini juga terjadi di Kota Denpasar.  Penelitian ini mengkaji kayu limbah hasil sisa industri pengolahan industri kayu, studi kasus di Cv Aditya Denpasar, hanya pada sisa potongan atau bilahan yang tak “berguna”.  Diharapkan dalam penelitian ini limbah hasil pengolahan industi kayu dapat berupa furniture dan art work sebagai hiasan interior ruangan, baik hotel, villa, ataupun rumah tinggal. furniture dapat berupa: meja, kursi, meja makan, almari, bahan lantai, dan bahan dinding, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.

K. Daftar Pustaka

Cahyandari, D. 2007. Pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel. Traksi, Vol. 5 (1), 26 – 34. 

Genchev, Y. & Marinova, M. 2013. Trends in modern home interior and furniture. Journal of Wood Science, Design and Technology. Vol. 2 (1), 28-33. 

Gusmailina, S.Komarayati dan T. Nurhayati. 1990. Pemanfaatan residu fermentasi padat sebagai kompos pada pertumbuhan anakan Eucalyptus urophylla. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 4, 157-163. 

Iliev, B., Karanov, V. & Panevsky, E. N. 2013. Analyses of the impact of tradition and traditional skills of production on the historical development of the scandinavian design architecture. Journal of Wood Science, Design and Technology, Vol. 2 (1), 73-81.

Komarayati, S. 1993. Pemanfaatan serbuk gergaji, tanah latosol dan residu fermentasi sebagai medium tumbuh bibit sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 11 (2), 74-79.

Komarayati, S., R. Sudrajat & I.P Adhi. 1992. Pemanfaatan kompos anaerobik untuk meningkatkan pertumbuhan Albizia falcataria. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 10 (4), 125-129. 

Munandar, U. 1982. Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta. 

Munandar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta 

Nurhayati, T & Hartoyo. 1992. Pengaruh kecepatan laju alir udara pada gasifikasi fluidized bed dari limbah kayu kamper. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 10 (1), 24-28.

Panevsky, E.N. & Karanakov, V. 2013. Portals and doors in traditonal Ohrid architecture Journal of Wood Science, Design and Technology. Vol. 2 (1), 16-27.

Pasaribu, R.A. 1987. Pemanfaatan serbuk gergaji sengon sebagai kompos untuk pupuk tanaman. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 4 (4), 15-21.

Purwanto, D. 2011. Pembuatan balok dan papan dari board and wood block making from waste of wood industries, Jurnal Riset Industri, Vol.5(1),13-20. 

Purwanto, J. 2011. Pembuatan balok dan papan dari limbah industri kayu, Jurnal Riset Industri, Vol. 5 (1), 13-20.

Sinulangga, S. 2008. Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Jakarta 

Sumpeno, B. 2008. Analisa Ekonomi Industri Kecil untuk Akses ke Lembaga Perbankan (Studi Kasus pada Perusahaan Kecap Damai di Purwokwerto), MPI, Vol. 3(1), 62-72.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung.

Verawati, S. 2012. PERAN MODAL SOSIAL DALAM STRATEGI INDUSTRI KREATIF (Studi di Sentra Kerajinan Kayu Jati Desa Jepon, Kabupaten Blora Jawa Tengah). E-Journal UNY. Vol. 1 (3).

Yuniartini, N. P. S. 2013. Pengaruh modal, tenaga kerja dan teknologi terhadap produksi industri kerajinan ukiran kayu di kecamatan ubud. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 2 (2), 95 – 101.

Review Journal: Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu

Oleh: Bayu Adhi Pratama

A. Judul Penelitian:

Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu Di Kota Denpasar (Studi Kasus Pada CV Aditya)

B. Nama Penulis:

I Wayan Sutarman, Program Studi Teknik Industri Universitas Mahendradata, Denpasar, Indonesia,  Email: studioa7wsarchitect@gmail.com 

C. Nama Jurnal:

Jurnal PASTI Volume 10, No 1 (2016), 15 – 22 Dalam link http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/pasti/article/view/668

D. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan hutan telah dijelaskan dalam UU no 41 tahun 1999, tentang kehutanan, dimana kegiatan exploitasi hutan sudah menjadi larangan dunia international. Lebih alnjut dijelaskan dalam Undang-undang ini pemanfaatan hutan yang boleh dilakukan hanyalah hutan industri, yang peraturannya telah diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.  Perusahan industri kayu akan kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Untuk itu Perusahan pengolahan industri kayu, tidak hanya  mengejar produk atau sibuk mengirim kayu olahan dari bahan utuh, ketimbang dari bahan limbah kayu. Limbah kayu yang dimaksudkan adalah sisa potongan kecil-kecil baik sisa potongan atau sisa belahan kayu. Kementerian Lingkungan Hidup atau Kantor Gubernur, atau juga kantor Kabupaten dan Kodya setempat nampaknya belum mengeluarkan petunjuk jelas tentang bagaimana memanfaatkan limbah kayu potongan. Di lain sisi pabrik-pabrik kayu belum juga memikirkan secara serius bagaimana menangani limbah potongan kayu yang makin melimpah jumlahnya, lebih-lebih industri pengolahan kayu berskala kecil. Cv Aditya sebagai salah satu pengolahan industri kayu kecil di Denpasar, yang mengalami kendala dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Hubeis (2001) kendala yang dihadapi adalah lemahnya kewirausahaan dan manajerial keterbatasan keuangan, ketidak mampuan aspek pasar, keterbatasan produksi dan teknologi, ketidak mampuan informasi, tidak didukung kebiajakan dan regulasi yang memadai dan kurang dukungan lembaga keuangan. Dengan semakin bertambah jumlah limbah kayu, ketatnya penebangan hutan sebagai apresiasi terhadap global warning, meningkatnya kebutuhan manusia akan produk baru. Maka pemanfaatan/ pengolahan kayu limbah sangat potensial dilakukan dan memiliki niali seni dan jual yang tinggi, serta dapat dijadikan komoditi export. 

E. Masalah

Perusahaan Cv Aditya mengalami kendala dalam menjalankan aktivitasnya sebagai salah satu pengolahan industri kayu kecil di Denpasar. Kendala yang dihadapi adalah  lemahnya kewirausahaan dan manajerial keterbatasan keuangan, ketidak mampuan aspek pasar, keterbatasan produksi dan teknologi, ketidakmampuan informasi, tidak didukung kebiajakan dan regulasi yang memadai serta kurang dukungan lembaga keuangan. Sehingga Perusahaan tersebut kurang memanfaatkan secara maksimal dalam pemanfaatan kayu hasil limbah industri  untuk digunakan menjadi suatu barang yang berguna akan kebutuhan manusia.


F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibuat agar limbah hasil pengolahan industi kayu di Cv Aditya dapat diolah menjadi suatu barang yang brguna akan kebutuhan manusia berupa furniture dan art work (sebagai hiasan interior ruangan, baik hotel, villa, ataupun rumah tinggal). Furniture dapat berupa: meja, kursi, meja makan, almari, bahan lantai, dan bahan dinding, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.

G. Metode

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan di kawasan penjualan kerajinan pemanfaatan limbah di Jl. Mertanadi Kuta, Bali. Selain itu, wawancara dilakukan kepada owner untuk melakukan investigasi dan informasi lebih lanjut mengenai pengolahan limbah kayu. 

H. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan di kawasan penjualan kerajinan pemanfaatan kayu limbah, yang memiliki nilai seni tinggi, ada di kawasan jalan Mertanadi Kuta. Dari hasil wawancara dengan pemilik pastion for design (Bapak Helmi) dapat diketahui bahwa limbah kayu dapat dimanfaatkan untuk membuat beragam furniture yang menarik dan bernilai jual tinggi. Pemanfaatan sisa limbah kayu bisa berupa meja, kursi, lemari, dan bermacam art work. Selain furniture seperti kursi, meja dan lemari limbah kayu tersebut juga dapat buat sebagai hiasan lampu. Dengan design yang baik, limbah tersebut dapat menghasilkan karya seni yang bernilai jual. Limbah kayu tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai dinding kayu sebagai aksen dalam dekorasi ruangan. Ditambahkan pula Penggunaan material kayu limbah sebagai alternatif material ramah lingkungan pada produk-produk desainnya serta mendukung program anti pemanasan global. Kreativitas yang dilakukan antara lain Penggabungan dengan material lain seperti: resin, kuningan, alumunium, kaca, resin, kuningan, alumunium, kaca, stainlisteell, atau semacam metal- metal yang lain.  Nilai seni dari kayu sangat tinggi, dengan design yang baik akan dapat dihasilkan sebuah produk yang unik dan menarik untuk konsumen. Salah satu design yang telah dilakukan adalah pembuatan tangga yang sangat unik. Hal ini dapat dijadikan peluang besar bisnis dari limbah kayu.

I. Review/ Komentar

Dengan semakin menipisnya persediaan kayu perlu dilakukan penyuluhan kepada pemilik industri kayu akan manfaat limbah kayu berupa sisa potongan memendek dan menajang hasil olahan. Untuk dapat menjadikannya sebagai bentuk yang mempunyai nilai seni tinggi dibutuhkan kreatifitas dalam pengolahan hasil limbahnya. Hasil dari olahan limbah kayu dapat berupa, furniture terdiri atas : meja makan, almari, dan sofa/ kursi, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.  Selain mengurangi pencemaran dari limbah, hal ini juga dapat berfungsi untuk menaikkan nilai pakai dan nilai ekonomi suatu benda, sehingga jika cara pengolahan limbah potongan kayu ini dapat diberdayakan di masyarakat, dapat juga menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan lahan pekerjaan baru dari pengolahan limbah pabrik. 

J. Abstrak Jurnal

Kayu limbah di perusahan industri perkayuan di Indonesia, saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya sebagai kayu bakar. Hal ini terjadi karena kurangnya kreativitas masyarakat. Masalah ini juga terjadi di Kota Denpasar.  Penelitian ini mengkaji kayu limbah hasil sisa industri pengolahan industri kayu, studi kasus di Cv Aditya Denpasar, hanya pada sisa potongan atau bilahan yang tak “berguna”.  Diharapkan dalam penelitian ini limbah hasil pengolahan industi kayu dapat berupa furniture dan art work sebagai hiasan interior ruangan, baik hotel, villa, ataupun rumah tinggal. furniture dapat berupa: meja, kursi, meja makan, almari, bahan lantai, dan bahan dinding, serta  art work berupa: hiasan dinding, lampu hias, serta pernak pernik lainnya.

K. Daftar Pustaka

Cahyandari, D. 2007. Pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel. Traksi, Vol. 5 (1), 26 – 34. 

Genchev, Y. & Marinova, M. 2013. Trends in modern home interior and furniture. Journal of Wood Science, Design and Technology. Vol. 2 (1), 28-33. 

Gusmailina, S.Komarayati dan T. Nurhayati. 1990. Pemanfaatan residu fermentasi padat sebagai kompos pada pertumbuhan anakan Eucalyptus urophylla. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 4, 157-163. 

Iliev, B., Karanov, V. & Panevsky, E. N. 2013. Analyses of the impact of tradition and traditional skills of production on the historical development of the scandinavian design architecture. Journal of Wood Science, Design and Technology, Vol. 2 (1), 73-81.

Komarayati, S. 1993. Pemanfaatan serbuk gergaji, tanah latosol dan residu fermentasi sebagai medium tumbuh bibit sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 11 (2), 74-79.

Komarayati, S., R. Sudrajat & I.P Adhi. 1992. Pemanfaatan kompos anaerobik untuk meningkatkan pertumbuhan Albizia falcataria. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 10 (4), 125-129. 

Munandar, U. 1982. Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta. 

Munandar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta 

Nurhayati, T & Hartoyo. 1992. Pengaruh kecepatan laju alir udara pada gasifikasi fluidized bed dari limbah kayu kamper. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 10 (1), 24-28.

Panevsky, E.N. & Karanakov, V. 2013. Portals and doors in traditonal Ohrid architecture Journal of Wood Science, Design and Technology. Vol. 2 (1), 16-27.

Pasaribu, R.A. 1987. Pemanfaatan serbuk gergaji sengon sebagai kompos untuk pupuk tanaman. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 4 (4), 15-21.

Purwanto, D. 2011. Pembuatan balok dan papan dari board and wood block making from waste of wood industries, Jurnal Riset Industri, Vol.5(1),13-20. 

Purwanto, J. 2011. Pembuatan balok dan papan dari limbah industri kayu, Jurnal Riset Industri, Vol. 5 (1), 13-20.

Sinulangga, S. 2008. Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Jakarta 

Sumpeno, B. 2008. Analisa Ekonomi Industri Kecil untuk Akses ke Lembaga Perbankan (Studi Kasus pada Perusahaan Kecap Damai di Purwokwerto), MPI, Vol. 3(1), 62-72.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung.

Verawati, S. 2012. PERAN MODAL SOSIAL DALAM STRATEGI INDUSTRI KREATIF (Studi di Sentra Kerajinan Kayu Jati Desa Jepon, Kabupaten Blora Jawa Tengah). E-Journal UNY. Vol. 1 (3).

Yuniartini, N. P. S. 2013. Pengaruh modal, tenaga kerja dan teknologi terhadap produksi industri kerajinan ukiran kayu di kecamatan ubud. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 2 (2), 95 – 101.

Selasa, 20 September 2016

Manusia Sebagai Sistem Manusia-Mesin

Pendahuluan

Pada era globalisasi peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia industri sangat besar. Sebelumnya dikenal dengan istilah human faktor, didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya, terutama dengan hasil rancangan kerja. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam proses kerja.

Penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses kerja lebih banyak disebabkan oleh kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis, dan lingkungannya. Pada dasarnya terdapat empat subkategori utama dari ergonomi yang harus diperhatikan sehubungan dengan kemampuan manusia dalam melakukan kerja, yaitu skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory ( alat indera manusia ); enviromental (lingkungan); dan mental. 

Kegiatan manusia pada umumnya terlibat dalam interaksi antara manusia-mesin. Yang dimaksud dengan sistem manusia-mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin di mana satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Sedangkan yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini adalah mempunyai arti luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas, dan bendabenda yang biasa digunakan oleh manusia.

Pembahasan

Secara umum manusia mesin dapat didefinisikan sebagai "set of object together with relationship between the object and between their atributs". Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan yang timbul. Lingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan dapat pula dibagi-bagikan kedalam job operation (sub system), job position (job sub position), komponen task (unit-unit), sub task (part) dan task elemen (behavial elemen).

Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) berdasarkan masukan-masukan (input) yang diberikan.

Yang dimaksud “mesin” dalam hal ini, akan mempunyai arti yang cukup luas, yaitu mencakup semua obyek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa dipergunakan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penyesuaian kerja pada manusia berarti penyesuaian mesin dan lingkungan kerja terhadap manusia. Dalam banyak hal, teknologi baru telah menyiapkan mesin-mesin secara sempurna untuk menggantikan pekerjaan manusia. Akan tetapi teknologi baru tersebut juga membawa suatu integrasi yang lebih baik antara manusia dan mesin, misalnya display digital dan grafik yang mudah dipahami serta kontrol-kontrol yang membutuhkan lebih sedikit usaha daripada sebelumnya.

Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interface penting dimana ergonomilah yang memegang peranan penting di dalam hubungan tersebut. Interface tersebut antara lain:
1. Display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia
2. Kontrol, yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback (timbal balik) yang di peroleh dari display tadi.
 Jadi antara display dan kontrol harus terdapat interaksi yang saling menyesuaikan. Untuk mendesain interface-interface tersebut mula-mula kita harus memahami beberapa karakteristik penting dari panca indera manusia yaitu penglihatan dan pendengaran yang mempengaruhi pemahaman tentang display dan symbol-simbol(sinyal-sinyal) yang dapat didengar. Karena manusia mempunyai ukuran-ukuran juga batasan dari penglihatan dan pendengaran, maka interface perlu di disain sedemikian rupa agar manusia dapat memakai sebuah mesin tertentu dengan cukup aman dan nyaman.

Masalah Peraga

Tugas dalam merancang sistem Mesin-Manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan, peragaan pendengaran, dan peragaan perabaan (visual, auditory, tectual display).
Sistem Mesin-Manusia secara umum dapat digambarkan prosesnya sebagai berikut :
  1. Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah, instruksi, informasi, bahan mentah, dan sebagainya melalui indera penglihatan dan/atau indera pendengaran.
  2. Masukan diolah, terjadi proses berpikir, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
  3. Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan mengoperasikan dan mengendalikan alat dan mesin dengan menggunakan alat-alat operasi/kendali seperti tombol, kenop, hendel, tongkat, dan alat kendali lain.
  4. Mesin melakukan apa yang harus ia lakukan.
  5. Lewat peraga penglihatan (visual display) dan atau peraga pendengaran (auditory display) dapat diketahui bagaimana mesin berfungsi. Hasil kerja mesin merupakan keluaran, bagaimana mesin bekerja merupakan masukan bagi operator yang harus memutuskan apakah mesin telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan ataukah harus diambil tindakan perbaikan. Dalam hal yang terakhir operator harus melakukan tindakan korektif dengan mengoperasikan alat operasi atau kendali. Mesin bekerja setelah ada koreksi dan melalui peraga operator mengetahui tentang bekerjanya mesin dan seterusnya.
Dalam kaitannya dengan manusia mesin dikenal 3 (tiga) macam hubungan yaitu:
  • Sistem manusia-mesin hubungan manual (Manual Man-Machine System)               Dalam sistem ini input akan langsung ditransformasikan oleh pekerja/manusia menjadi output. Disini manusia masih memegang kendali secara penuh di dalam melaksanakan aktivitasnya. Peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (Manusia dominan sebagai sumber tenaga, melakukan transformasi input menjadi output, pengendali).
  • Sistem Manusia-Mesin SemiOtomatis (Semi Automatic Man-Machine System)  Tidak seperti halnya pada manual sistem, mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia akan diolah atau dikontrol lebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses. (Dominasi manusia berkurang, sebagai pengontrol).                                                                                                                          
  • Sistem Manusia-Mesin Hubungan Otomatis (Automatic Man-Machine system).  Pada sistem yang berlangsung secara otomatis, maka disini mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus yaitu : penerima rangsangan dari luar (sensing) dan pengendali aktivitas seperti umumnya dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanyalah memonitor dan menjaga agar supaya mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau menggantikan dengan program-program baru apabila diperlukan. (Mesin dominan, manusia sebagai pemomtor).

Penyelidikan terhadap fungsi manusia-mesin adalah didasarkan atas suatu kenyataan bahwa antara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini berarti bahwa ada beberapa pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh manusia dan sebaliknya ada beberapa bidang pekerjaan yang lebih baik jika dilakukan oleh mesin.
Dari perbedaan kemampuan antara manusia dan mesin, maka diharapkan dengan membuat hubungan sistem manusia-mesin akan bisa melengkapi satu sama lain.

Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka akan diperoleh tabel perbandingan manusia-mesin, antara lain sebagai berikut :




Keterbatasan Manusia (dibandingkan mesin)
  • Tidak bisa menghasilkan tenaga fisik ataupun tekanan dalam jumlah besar, misalnya untuk memotong logam.
  • Tidak bisa menggunakan kekuatan otot manusianya dengan intensitas yang tetap dan/atau tingkat akurasi yang tinggi.
  • Tidak bisa menampilkan kecepatan kerja yang tinggi dan gerakan berulang tanpa ada rasa lelah, bosan, maupun timbulnya kesalahan.
  • Tidak bisa melakukan analisis dan perhitungan permasalahan yang kompleks secara cepat dan tepat.
  • Tidak bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda secara bersamaan dalam waktu relative sama.
  • Tidak bisa menyimpan, memanggil/mengingat kembali sejumlah data dalam jumlah besar secara tepat dan akurat.
  • Tidak bisa memberikan tanggapan secara cepat terhadap sinyal kendali yang berubah-ubah dalam frekuensi yang sering.
  • Apabila kondisi lingkungan kerja berada di luar ambang batas kesanggupan, maka manusia tidak bisa memberikan performansi yang memuaskan.

Keterbatasan Mesin (dibandingkan manusia)
  • Tidak bisa memberikan tanggapan terhadap "perintah-perintah" di luar batas kemampuan yang sudah dirancang sebelumnya.
  • Tidak bisa memberi taggapan terhadap kejadian-kejadian yang tidak diramalkan sebelumnya.
  • Tidak bisa "berpikir" induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dari hal-hal yang bersifat khusus.
  • Tidak bisa bertindak fleksibel, seperti menggunakan alternative-alternatif baru yang tidak dirancang/diprogramkan sebelumnya.
  • Tidak bisa berpikir secara layak di luar batas beban atas kapasitas normalnya.

Model Manusia-Mesin

Sistem kerja manusia-mesin sederhana terbagi menjadi 9 komponen

  1. Komponen manusia dalam sistem kerja
  2. Komponen mesin dalam sistem kerja
  3. Lingkungan

Komponen Manusia:
  • The Effectors 
  • 3 (tiga) effectors utama adalah: tangan, kaki, suara.
  • The Sensories

  • The senses/indera adalah alat/cara manusia membangun kesadaran (memahami) terhadap kondisi sekitarnya.
  • 5 (Five) senses/indera: sight, hearing, touch,taste, smell.
  • The Processing
  • Dalam melaksanakan aktivitas kerja, komponen manusia memerlukan energi dan informasi.
  • Energi untuk kerja otot diperoleh dari proses-proses fisiologis, juga dihasilkan sisa pembakaran.
  • Otak merupakan pusat pengolah data, yang terdiri dari low-level programs untuk mengatur aktivitas kerja sensorimotor dasar, dan higher level cognitive mengatur kerja yang berkaitan dengan otak.
  • Manusia merupakan penghasil/sumber sekaligus pengguna energi.

Komponen Mesin:
  • The Controlled Process
  • Operasi-operasi dasar pada mesin yang dikontrol oleh manusia.
  • Display
  • Aksi (gerak, kekuatan) yang muncul/ditunjukkan oleh satu atau lebih mesin yang bekerja.
  • Controls
  • Interaksi antara manusia dengan mesin didasarkan pada ketetapan pengontrolan (batasan) yang mampu dilakukan oleh effectors.
Lingkungan:
  • Workspace
  • Tempat dalam bentuk sesungguhnya (3 Dimensi) dimana sebuah kerja bisa dilakukan. 
  • Environment (Lingkungan Fisik)
  • Di dalamnya terdapat banyak aspek yang mempengaruhi manusia. Pendekatan terhadap worksystems ditujukan pada cara yang mempengaruhi manusia dan mesin bekerja.
  • Kebisingan, getaran, pencahayaan atau unsur iklim dikaitkan dengan aspek ergonomis. 
  • Work Organization
  • Pengertian dasar merujuk pada pengaturan langsung interaksi kerja antara manusia dengan mesin.
  • Secara luas merujuk kepada struktur organisasi dimana aktivitas kerja berada yang didukung oleh sistem secara teknis maupun sosial. 

Kesimpulan

Dari artikel yang saya tulis dapat disimpulkan bahwa Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu/beberapa manusia dengan beberapa/satu mesin dimana salah satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan output berdasarkan input yang diperoleh. Dan yang dimaksud dengan mesin dalam hal tersebut yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan fasilitas dan benda-benda. Dengan 3 (tiga) macam kaitannya yang meliputi; Manual Man Machine System, Semi Automatic Man-Machine System dan Automatic Man-Machine Sytem serta komponen-kompennya yang meliputi komponen manusia, mesin dan lingkungan dalam sistem kerjanya.

Saran

Dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manusia dan mesin, sebaiknya diharapkan dengan membuat hubungan Sistem Manusia-Mesin bisa melengkapi satu sama lain. Dalam hal ini berarti bahwa ada beberapa pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh manusia dan sebaliknya ada beberapa bidang pekerjaan yang lebih baik jika dilakukan oleh mesin, agar terciptanya sistem kerja yang lebih efektif dan efesien.

Daftar Pustaka

Ariani, Farida. 2012. Analisis Postur Kerja Dalam Sistem Manusia Mesin Untuk Mengurangi Fatigue Akibat Kerja Pada Bagian Air Traffic Control (ATC) Di PT. Angkasa Pura II Polonia Medan. Jurnal Vol. II, No. 6. Dalam http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jddtm/article/view/56/28 Diakses pada 21 Spetember 2016.

Solichul Hadi A. Bakri. 2010. Analisis Sistem manusia-Mesin dan Pemecahan Masalah Ergonomi Melalui Pendekatan Participatory pada Ruang Pengendalian Lalulintas udara Bandar Udara Ngurah Rai. Dalam http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/1A-ATC-NGURAHRAI.pdf Diakses pada 21 September 2016.

Galih Pandu. 2014. Analisis Ergonomi Untuk Mengidentifikasi Konsumsi Waktu Dan Faktor Penyebab Kelelahan Menggunakan Metode Study Gerakan. Dalam http://documents.tips/engineering/jurnal-sistem-manusia-mesin.html Diakses pada 21 September 2016.

Torik Husein, Ari Sarsono. 2011. Perancangan Sitem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan. Dalam http://ejournal.narotama.ac.id/files/PERANCANGAN-SISTEM-KERJA-ERGONOMIS.pdf Diakses pada 21 September 2016.

Mujahidin. 2000. Perancangan Display Visual Kuantitatif Pada Sistem Manusia Mesin. Vol. 1, No. 1. Dalam http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/download/181/195 Diakses pada 21 September 2016.

Kussigit Santosa, Piping Supriatna, Itjeu Karliana, Suharyo Widagdo, Darlis, Bambang Sudiono. 1998. Analisis Interaksi Manusia Mesin Untuk Sistem Kendali Dan Penampil Pada RKU Reaktor Daya Jenis Reaktor Air Ringan. Dalam http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/31/042/31042145.pdfDiakses pada 21 September 2016.

Sistem Manusia Mesin

  Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, yang saling berinteraksi, untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Teknologi yang semakin canggih menghasilkan mesin yang lebih dapat dipercaya fungsinya sehingga membuat manusia semakin praktis saja dalam menggunakannya. Misalnya saja dari mesin tik kemudian muncul computer dengan memori berkapasitas besar, hal ini membuatnya lebih dapat diandalkan dalam membantu manusia mengerjakan pekerjaannya.

Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interface penting dimana ergonomilah yang memegang peranan penting di dalam hubungan tersebut. Interface tersebut antara lain:
1. Display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia
2. Kontrol, yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback (timbal balik) yang di peroleh dari display tadi.
Konsep Dasar Sistem Manusia-Mesin
Untuk mendisain interface-interface tersebut, mula-mula kita harus memahami beberapa karakteristik penting dari panca indera manusia, yaitu penglihatan dan pendengaran. Kedua panca indera ini yang mempengaruhi pemahaman tentang display dan symbol-simbol (sinyal-sinyal) yang dapat di dengar. Karena manusia mempunyai ukuran-ukuran juga batasan dari penglihatan dan pendengaran, maka interface perlu di disain sedemikian rupa agar manusia dapat memakai sebuah mesin tertentu dengan cukup aman dan nyaman.

Masalah Peraga
Tugas dalam merancang sistem Mesin-Manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan, peragaan pendengaran, dan peragaan perabaan (visual, auditory, tectual display).
Sistem Mesin-Manusia secara umum dapat digambarkan prosesnya sebagai berikut :
  1. Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah, instruksi, informasi, bahan mentah, dan sebagainya melalui indera penglihatan dan/atau indera pendengaran.
  2. Masukan diolah, terjadi proses berpikir, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
  3. Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan mengoperasikan dan mengendalikan alat dan mesin dengan menggunakan alat-alat operasi/kendali seperti tombol, kenop, hendel, tongkat, dan alat kendali lain.
  4. Mesin melakukan apa yang harus ia lakukan.
  5. Lewat peraga penglihatan (visual display) dan atau peraga pendengaran (auditory display) dapat diketahui bagaimana mesin berfungsi. Hasil kerja mesin merupakan keluaran, bagaimana mesin bekerja merupakan masukan bagi operator yang harus memutuskan apakah mesin telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan ataukah harus diambil tindakan perbaikan. Dalam hal yang terakhir operator harus melakukan tindakan korektif dengan mengoperasikan alat operasi atau kendali. Mesin bekerja setelah ada koreksi dan melalui peraga operator mengetahui tentang bekerjanya mesin dan seterusnya.


Referensi:
Nurmianto, eko. 2008. ergonomi konsep dasar dan aplikasinyaSurabaya:guna widya

Manuusia Sebagai Sistem Manusia Mesin


Secara umum manusia mesin dapat didefenisikan sebagai “ set of object together with relationship between the object and between their atributs ”. Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan yang timbul. Lingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan dapat pula dibagi-bagikan kedalam job operation (sub system), job position (job sub position), komponen task (unit-unit), sub task (part) dan task elemen (behavial elemen).

Yang dimaksud dengan sistem manusia mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan beberapa atau satu mesin dimana salah satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan output berdasarkan input yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini akan memiliki arti yang luas yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan fasilitas dan benda-benda. Dalam kaitannya dengan manusia mesin dikenal 3 (tiga) macam hubungan yaitu manual machine system, machine system, automatic man machine system.
  1. Sistem manusia mesin hubungan manual (manual machine).
     Dalam sistem input akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi output. Disini manusia memegang kendali secara penuh didalam melaksanakan aktivitasnya, peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.                                   
  2. Sistem manusia semi otomatis (semi outomatic machine system).                    Tidak seperti halnya pada manual sistem, mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia akan diolah atau dikontrol lebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses.                                                                                                                           
  3. Sistem manusia - mesin hubungan otomatis (automatic man machine system).                                                                                                      Disini mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus yaitu menerima rangsangan dari luar dan pengendalian aktivitas seperti umumnya dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanyalah memonitor dan menjaga agar mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program baru apabila diperlukan. 
Penyelidikan terhadap fungsi manusia mesin didasarkan atas kenyataan bahwa diantara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini berarti bahwa ada beberapa hal pekerjaan yang akan lebih baik dikerjakan oleh manusia dan sebaliknya. 

Perancangan Sistem Manusia Mesin 

Ergonomika merupakan ilmu untuk mengetahui interaksi manusia dan pekerjaanya. Pekerjaan yang cukup banyak di sorot adalah di bidang industri yang melibatkan mesin-mesin (perlu diingat juga bahwa ‘induk’ ilmu ergonomika adalah teknik industri dan ‘induk’ ilmu teknik industri adalah teknik mesin) walaupun ergonomika tidak hanya untuk pekerjaan yang menggunakan mesin saja.

Antara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Artinya ada beberapa pekerjaan yang hanya bisa dilakukan manusia saja dan pekerjaan yang lebih baik dikerjakan mesin. Kelebihan manusia adalah mempunyai sifat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta bisa cepat mengubah perannya dengan cepat dan teratur sehingga memungkinkan dapat bekerja dalam kondisi apapun. Kelemahan manusia adalah sifatnya mudah berubah-ubah sehingga dalam menghadapi suatu masalah, manusia akan menggunakan cara yang kadang-kadang berbeda antara satu waktu dengan waktu yang lain.

Dalam sistem manusia mesin terdapat dua antar-muka (interface) penting dimana ergonomika memegang peranan penting. Interface pertama adalah display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia, kemudian interface kedua adalah perangkat kendali atau control dimana dapat menyesuaikan respon dengan informasi balik yang diperoleh dari display tadi. Secara umum sistem manusia mesin dapat digambarkan sebagai berikut: dalam model yang ditunjukkan pada Gambar 1, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa letak kesalahan terjadi pada proses masukan, proses pengolahan dan/atau proses keluaran yang dikenal sebagai rantai M.O.K. (Masukan, Olahan, Keluaran). Artinya kesalahan dapat timbul sejak penginderaan, pada pengolahannya atau pada pengambilan tindakannya. Adapun penyebab gagalnya rantai M.O.K. dapat dikelompokkan  pada dua sumber:
  1. Kesalahan manusianya,
  2. Kesalahan pada rancangan pekerjaannya.
Kesalahan pada rancangan (desain) pekerjaannya terdiri atas dua macam:
  1. Bersifat non fisik atau kognitif atau sosial keorganisasian seperti motivasi, pengorganisasian kerja, kejelasan prosedur dan petunjuk kerja, pengawasan dan lain-lain.
  2. Bersifat fisik seperti rancangan mesin dan peralatannya serta kondisi atau lingkungan tempat kerja.
Tujuan ergonomika adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang manusia dan interaksinya dengan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan untuk merancang sistem kerja yang mampu menjalankan misinya dengan aman, nyaman, efektif dan efisien. Adanya kesalahan kerja jelas merupakan penghalang terwujudnya sistem kerja yang demikian.

Ergonomika Dalam Sistem Manusia Mesin
Jika disadari bahwa perancangan suatu produk atau sistem juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia mesin juga tidak lepas dari faktor-faktor manusia (human factors) karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan yang tidak kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang mempunyai peran besar dalam mengurangi resiko bahaya akibat kesalahan kerja.

Diantara penyebab kesalahan pengoperasian setiap produk atau alat atau mesin terdapat kesalahan manusia. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa besarnya faktor manusia berperan dalam kelancaran pemakaian produk atau alat atau mesin. Memang kesalahan adalah manusiawi, tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia lebih banyak disebabkan kesalahan rancangan. Ini menunjukkan bahwa kesalahan manusia berawal pada perancangannya yang tidak manusiawi dan berakibat pada tahap pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Oleh karena itu ergonomika dalam sistem manusia mesin berperan dalam perancangan produk atau alat atau mesin atau keseluruhan sistem kerja tersebut agar sesuai (fit) dengan faktor-faktor manusia (human factors) baik fisik maupun non fisik. Faktor-faktor manusia itu bias berupa keadaan, kemampuan, kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan, kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb.

Sumber: Pentingnya Bidang Ergonomika pada Lingkup Litbang Menuju Era Industrialisasi, Zuhair (Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana) dan Suharyo Widagdo (Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN).